Namaku Ayu aku bersekolah di SMPN 01
Batu. Hari ini adalah hari pertamaku dikelas delapan, aku berharap hari-hariku
indah . Meskipun kini aku tidak sekelas dengan teman-temanku di kelas tujuh.
Aku juga berharap tidak lagi menemukan kesialan seperti yang pernah kualami
sebelumnya.Rasa penasaran menyertaiku saat ku hendak berangkat menuju sekolah.
Tempat ini masih sama, tak ada yang berbeda, tapi mengapa aku sedang memasuki
lembaran baru dalam hidupku. Gerbang
sekolah telah terbuka lebar, namun hatiku masih ragu untuk menjejakkan kakiku
dikelas baru. Kulihat dua orang berlari menghampiriku, Hikmah dan Nia. Mereka
berdua adalah orang-orang yang menyebalkan yang menganggap dirinya sebagai
sahabatku. Mereka
memberitahuku bahwa aku sekelas dengan mereka. Mungkin itu berita baik bagi
mereka,tapi tidak untukku. Sepertinya memang
meraka sangat baik,tapi itu hanya karena mereka membutuhkanku. Ketika
mereka senang ,mereka tak pernah mengingatku apalagi memperdulikanku. Akupun semakin
sedih ketika aku tahu bahwa aku tidaksekelas dengan sahabat karibku, Riefa.
Akhirnya, dengan terpaksa aku berjalan bersama Hikmah dan Nia menuju kelas yang
baru kami. Sesampainya dikelas tiba- tiba mataku tertuju pada sosok yang asing
lagi bagiku. Aku terkeut ketika menyadari
bahwa dia adalah seseorang yang selama ini selalu menghiasi hari-hari Riefa.
Dari dulu aku tak suka pada cowok itu, setiap kali Riefa bercerita tentangnya,
aku ingin sekali menutup telingaku sehingga aku tak mendengar apapun
tentangnya. Aku
tak tahu mengapa sahabat karibku itu
begitu menyukainya. Memang aku belum tahu sifat cowok itu dan aku juga tidak
berhak untuk melarang Riefa untuk menyukainya meskipun Riefa sahabatku, namun
aku merasa dia bukan orang yang tepat untuk sahabat sebaik Riefa. Ia terlihat sok pintar, sok ganteng,
sok keren dan semua yangmembuat aku mau muntah. Jangankan menatap wajahnya,
melihat bayang annya saja membuatku merasa bahwa aku adalah orang yang paling
menderita didunia ini karena sekelas dengannya.
* * *
Hari yang melelahkan, namun aku merasa lebih
nyaman berada di tempat kecil ini. Walaupun meja berserakan penuh tumpukan buku
yang tidak tertata. Kuhelakan nafas dalam- dalam dan aku sandarkan badanku
diatas sebuah ranjang kecil. Tak
lama kemudian, kudengar handphoneku bordering segera kuambilnya diatas meja
kamarku. Ternyata itu Riefa, akupun segera menjawabnya. Aku sudah mengira pasti
dia akan menanyakan tentang Rendi,cowok
menyebalkan itu. Dia juga menanyakan kabarku dikelas baru, namun aku tidak
menceritakan kabar burukku dikelas itu aku takut ia tersinggung bila aku
terlalu menjelek-jelekkan Rendi.
* * *
Hari keduaku dikelas delapan. Meskipun
siang berganti malam dan matahari berganti bulan, namun harapanku masih sama.
Aku ingin hariku indah dan tidak kutemukan kesialanku yang pernah kualami
sebelumnya . Saat
ku memasuki ruang kelasku, aku tidak merasakan sesuatu yang berbeda, aku juga
tidak mempersalahkan lagi dua orang “musuh dalam selimut” ku dan seseorang yang
menyebalkan itu. Semua yang terjadi hari ini juga tidak membuatku jengkel,
bahkan aku senang karena guru yang mengajar pelajaran matematika hari ini
sangat baik. Ketika istirahat aku,Hikmah dan
Nia bertemu dengan Riefa. Akupun menyuruh Hikmah dan Nia untuk meninggalkan aku
dan Riefa. Aku menghabiskan waktu istirahat dengannya, aku menceritakan banyak
hal tentang Hikmah dan Nia yang selalu memperalatku namun dia hanya menyuruhku
untuk bersabar.
Riefa
bercertita banyak tentang kelas barumya, ia tampak bahagia meskipun tidak
sekelas dengan Rendi, akupun senang jika melihat sahabatku bahagia. * * *
Hari- hari dikelas delapan telah
kulalui, semua telah berjalan dengan baik. Saat pembagian kelompok aku
sekelompok dengan Hikmah dan Rendi, begitu juga dengan jadwal piket yangb
dibuat oleh wali kelasku. Mungkin Tuhan menyuruhku untuk bersabar. Belum
lama aku berada dikelas ini, tugas yang diberikan pada kami rasanya menggunung.
Belum selesai tugas yang satu, sudah ada tugas yang lain. Tapi tugas apapun
itu, kami dapat menyelesaikan dengan baik. Ketika guru Fisikaku menyuruh
untuk mengerjakan tugas kelompok ,kami duduk berhadap- hadapan. Kami semua
berdiskusi untuk menyelesaikan tugas ini. Saat itu Rendi memberikan pendapat
yang membuatku sangat kagum pada kepandaiannya. * * * Setiap kali Riefa
menelponku, ia selalu bercerita apapun tentang Rendi, meskipun dia tahu bahwa
aku membencinya. Karena itu, secara tidak langsung aku selalu memperhatikan
tingkah lakunya saat dia berada didalam kelas. Beberapa
hari berada disini, rasanya aku dapat menyesuaikan diri dengan teman-teman yang
baik. Meskipun aku tidak tahu, Hikmah dan Nia benar-benar baik atau
pura-purabaik. Dan kini, aku merasa Rendi tidak seburuk yang aku pikirkan
selama ini. * * * Semakin lama aku merasakan,
aku tidak berhenti membenci Rendi bahkan aku mulai suka padanya, tidak hanya
itu mungkin aku telah menyayanginya. Kini
aku merasa bersalah, bagaimana tidak Rendi adalah orang yang disukai sahabatku.
Aku tidak mengerti apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus bercerita pada
Riefa bahwa aku menyukai orang yang ia sayangi. Aku
sering berfikir bahwa aku adalah orang yang paling egois, tapi itu semua memang
bukan mauku. Semua itu terjadi apa adanya, semakin aku mencoba untuk
melupakannya, semakin aku tak berhenti mengingatnya. Aku
tidak tahu lagi pada siapa aku membicarakan masalah ini. Dengan terpaksa aku
menceritakan masalah ini pada Hikmah sewaktu kami selesai mengerjakan tugas
kelompok ,meskipun aku tidak terlalu yakin dan mempercayainya. Ia begitu
antusias mendengarkan ceritaku bahkan membantuku memecahkan masalah yang sedang
aku hadapi. Ia memberikan saran padaku untuk melupakan Rendi dan membiarkan dia
bersama Riefa, meskipun itu memang sulit untukku. Mungin
kini memang jalan yang terbaik adalah melupakan Rendi. Apalagi Riefa sering
menceritakan padaku bahwa dia semakin dekat dengannya. Akupun berfikir, bila
aku memberikan yang terbaik untuk orang lain, kelak aku akan menemukan
kebahagiaanku sendiri. Sekarang
aku bersahabat dengan Hikmah dan Nia yang dulu sering kuanggap orang- orang
yang menyebalkan yang hanya ingin memperalatku. Ternyata mereka bukan hanya
teman yang ada saat aku senang, namun mereka adalah teman yang selalu
membantuku saat aku sedih,bingung dan terjebak dalam suatu masalah. Dan akupun
telah menemukan pengganti Rendi, yaitu sahabat Rendi sendiri. Mungkin selama
ini aku terlalu buruk menilai orang lain. * * *
Karya : Afida Laili Nuri W.
Editor: Ramzha Ayusna P |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar