Ku mulai bosan
dengan semua ini, hampir empat bulan terakhir ini aku mendengar keributan kedua
orang tuaku ang setiap harinya tidak mereda, malah membakar keduanya dan aku
pusing mendengar tangisan adikku yang tak dihiraukan oleh kedua orang tuaku.
Aku muak dengan semua ini, aku ingin meredamkan pertengkaran ini dan memadamkan api emosi yang bergejolak di hati kedua orang tuaku.
Kini, ku kuatkan hatiku untuk memisah keduanya dan sudah ku tekadkan bulat-bulat. Tapi, itu semua aku urungkan karena papa memukul mama hingga terjatuh dan kepala mama terbentur keras ke ujung meja sampai pingsan. Dan saat itu juga, aku menjerit sekeras-kerasnya hingga papa menoleh ke arahku. Tanpa pikir panjang lagi aku lari ke luar rumah, walaupun hujan deras didepan mata. Papa mengejarku dan terus memanggil namaku di tengah malam yang sedang hujan deras. Aku tak menghiraukan panggilan papa. Aku terus berlari dan berlari, walaupun papa sudah tidak mengejarku lagi. Aku berharap hujan ini melunturkan ingatanku tentang semua kejadian empat bulan terakhir ini.
Aku muak dengan semua ini, aku ingin meredamkan pertengkaran ini dan memadamkan api emosi yang bergejolak di hati kedua orang tuaku.
Kini, ku kuatkan hatiku untuk memisah keduanya dan sudah ku tekadkan bulat-bulat. Tapi, itu semua aku urungkan karena papa memukul mama hingga terjatuh dan kepala mama terbentur keras ke ujung meja sampai pingsan. Dan saat itu juga, aku menjerit sekeras-kerasnya hingga papa menoleh ke arahku. Tanpa pikir panjang lagi aku lari ke luar rumah, walaupun hujan deras didepan mata. Papa mengejarku dan terus memanggil namaku di tengah malam yang sedang hujan deras. Aku tak menghiraukan panggilan papa. Aku terus berlari dan berlari, walaupun papa sudah tidak mengejarku lagi. Aku berharap hujan ini melunturkan ingatanku tentang semua kejadian empat bulan terakhir ini.
Kuhentikan
langkahku karena di seberang sana ada bangku taman yang meninggalkan sejuta
kenangan terindah bersama keluarga kecilku. Ku berdiri mematung melihat bangku
tersebut mengenang kehidupanku pada waktu yang sudah lama dan banyak
kebahagiaan tanpa ada konflik. Kucoba untuk tersenyum walaupun tak bisa, kini
kucoba untuk melangkahkan kakiku menuju bangku tersebut,dengan tenaga yang
masih tersisah ini perlahan sampai dan aku menyentuh bangku tersebut dengan
perlahan. Ada perasan yang bercampur aduk didalam hatiku antara marah, bahagia,
sedih,bingung. Dan sekarang hujan mulai mereda, butiran-butiran bening telah
menganak sungai di pipiku yang mulai pucat karena kelamaan terkena air hujan.
Tiba-tiba ada sentuhan lembut yang mendrat di pundakku. Aku terperanjat kaget ,
aku beranikan untuk menolehnya dan ternyata ada seorang pria tampan yang
berdiri dengan gagagnya di sampingku. Aku heran mengapa tengah malam gini ada
orang yang masih ada di taman kota dan siapakah dia aku belum pernah bertemu
dia di sekitar sini.”kenapa kau sendirian di sini tengah malam hai manis” dia
memecah keheningan yang ada diantara kita “a......ku......ehhhhh” aku tergagap
tak bisa melanjutkan kata-kataku “mengapa kau tergagap, jika kau ingin bicara
maka bicaralah jangan dipendam sendiri” setelah mengatakan kalimat tersebut dia
duduk disebelah ku dan mendekatkan badannya kepadaku dengan reflek aku
menjauhkan diriku darinya.”ja...ng......an.......men.....men...dekatiku,
ka.....mu si....apa ?” seruku. “siapa aku itu tidak penting yang terpenting
adalah kenapa kamu disini tengah malam begini sendirian dan menangis, ceritalah
jangan sungkan”jawabnya, aku semakin bingung dengan semua ini. Dan memberanikan diri aku bertanya”apakah kamu ini seorang malaikat
yang datang untuk menolongku?” tanyaku dengan polos. ”iya aku datang untuk
menolongmu dan mendengarkan ceritamu, jadi kamu jangan takut kepadaku” ujarnya.
Tak pikir panjang lagi dan tanpa keraguan sedikitpun aku cerita semua masalah
ku selama 4 bulan terakhir ini. Setelah ceritaku selesai,ia malah
menertawakanku betapa takutnya aku melawan sebuah masalah tersebut. “haahaahaaa
jadi seperti itu masalahmu, dulu aku juga merasakan hal yang sama seperimu tapi
aku lebih parah daripada kamu”. Sekarang dia tampak tak seceria tadi, yang ada
hanya sebuah kesedihan tampak di raut wajahnya. Keadaan menjadi hening aku
bingung bagaimana memecah keheningan ini. “Maaf telah mengingatkanmu” hanya itu
yang terucap dari bibirku dan menundukkan kepala. “Tidak apa-apa kok kan aku
disini untuk menolongmu memecahkan dan mencari titik temu permasalahanmu
itukan”. “Tapi kamu.......” ia memotong kataku “udahlah jangan diperpanjang
lagi, dan sekarang bagaimana keadaan ibumu”. “aku tidak tahu bagaimana
keadaannya sekarang dan aku tak berani pulang”. ”Pulanglah beranikan dirimu
untuk menyadarkan kedua orang tuamu, atas apa yang dilakukannya tidak berdampak
pada mereka saja tapi pada anak-anaknya juga” aku menggeleng menandakan kalau
tidak mau. “Kenapa ? apa aku antarkan saja gimana?” tawarannya. “tidak, aku
tidak mau” tolakku, “jika kamu tidak mau bagaimana bisa reda masalahmu itu.
Ayolah jangan seperti aku, yang meyesal diakhirnya” raut wajahnya berubah
drastis menjadi kecewa atas penolakanku itu. Sedikit ada keraguan, aku pun
mengiyakannya, tapi ada sedikit keganjalan dihatiku kenapa dia terus membujukku
untuk menyelesaikan masalahku dan apa hubunganya semua itu padanya, aku semakin
bingung. Tanpa
persetujuan ku, dia menarik tanganku untuk bangun dan menuntunku pulang ke
rumah. Aku ingin memberontak tapi tak bisa karena genggamannya terlalu kuat.
“dimana rumah mu ?”tanyanya, seperti terhipnotis aku punmenjawab”disebelah
rumah sakit belok keutara”. Saat itu hatiku bergetar sangat kencang ”ada apa
dengan diriku ini?“ Tanyaku dalam hati.
Saat itu waktu terasa lambat sekali dan aku merasa tenang berada di sisinya,
tapi itu tak berlangsung lama setelah ia mengatakan “kita sudah sampai di depan
rumah mu”, aku langsung terperanjat mendengar kalimat itu. “oke sekarang kamu
ngomong baik-baik pada kedua orang tuamu dan selesaikan dengan baik”setelah
mengatakan itu ia berpamitan pulang serta memberikan sedikit semangat untukku.
Dengan sedikit modal keberanian aku mengetuk pintu rumah, sesaat kemudian
muncul sosok wanita paruh baya dan jidatnya ada plaster bergambar mikiy mouse,
ia adalah mamaku yang sangat aku sayangi. Aku langsung memeluknya, tanpa
kusadari ada seseorang yang tengah berdiri dibelakang mama, dia adalah papa
yang sangat aku benci karena telah melukai mama. Tanpa banyak bicara aku
langsung melepaskan pelukan mama dan menujudimana tampat berdirinya papa, tanpa
ada kata-kata akupun langsung memukul papa tanpa ampun. Ternyata papa
meneteskan air mata dan langsung memeluk ku sambil berkata”maafkan papa karenau
tidak bisa menjadi ayah yang baik dan papa berjanji tidak akan mengulanginya
lagi “ , ”apakah itu janji yang akan di tepati? papa tidak akan mengulanginya
lagi kan” jawabku dalam isak tangis “ya ,pdapa akan menepatinya”mendengar kata
papa, hatiku menjadi luluh
Dua hari
kemudian…………
Sekarang keluargaku seharmonis dulu, tidak
ada masalah sedikitpun. Dan sekarang aku ingin menemui dia, si malaikat yang
memberiku semangat untuk bisa menyelesaikannya. Kemudian aku menuju taman kota
berharap aku akan bertemu malaikat itu dan akan ku ucapkan terima kasih
kepadanya. Sekian lama aku menunggunya ternyata ia tak kunjung datang. Akhirnya
kuputuskan untuk pergi dari tempat ini tanpa ada hasil apapun. Langkah ku
berhenti tepat di depan halte, beberapa saat kemudian ada sebuah bis berhenti
tepat di depanku. Tanpa pikir panjang lagi karena terlalu capek menunggu, aku
langsung naik dan berharap cepat sampai dirumah. Aku memilih duduk di pinggir
jendela dengan melihat taman itu terakhir untuk hari ini. Saat ku mulai duduk
dan melihat jendela ternyata ditaman tempat ku duduk tadi ada malaikat itu yang
sedari tadi aku tunggu-tunggu. Ternyata dia ada dibelakangku, aku ingin
menyusulnya ternyata dia berbalik badan dan pergi sedangkan bis yang aku
tumpangi telah pergi menjauh. Aku ingin sekali untuk mengatakan terima kasih untuk
terakhir kalinya tapi mengapa dia sulit sekali untuk ditebak. Dan kuingat
sekilas tentang kata-katanya bahwa”segala macam masalah pasti ada jalan
keluarnya dan jangan takut untuk menghadapinya” aku berjanji pada diriku
sendiri bahwa kata-katanya akan selalu kuingat selamanya dan kukenang dalam
hatiku. Dan itu akan menjadi kenangan terburuk serta terindah bagiku. Aku
senang telah mengenalmu malaikat penolongku terima kasih untuk semuanya.
SEKIAN
By : Sa’adatun Nisa’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar