Blogger Widgets INTENTS TEMPE GORENG: SEJARAH SUNAN DRAJAD

Senin, 24 Maret 2014

SEJARAH SUNAN DRAJAD





Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 M. Nama asli sunan drajat adalah raden Qosim.Beliau adalah putra sunan Ampel dengan dewi candrowati & merupakan adik dari raden makdum ibrahim atau sunan Bonang. Diantara para wali, mungkin Sunan Drajat yang punya nama paling banyak. Semasa muda ia dikenal sebagai Raden Qasim, Qosim, atawa Kasim. Masih banyak nama lain yang disandangnya di berbagai naskah kuno. Misalnya Sunan Mahmud, Sunan Mayang Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, Maulana Hasyim, Syekh Masakeh, Pangeran Syarifuddin, Pangeran Kadrajat, dan Masaikh Munat.
Raden Qosim yang sudah mewarisi ilmu dari ayahnya kemudian di perintah untuk berda’wah di sebelah barat Gresik yaitu daerah kosong dari ulama besar antara Tuban & Gresik.Raden Qosim mulai perjalanannya dengan naik perahu dari Gresik sesudah singgah di tempat sunan Giri, dalam perjalanan ke arah barat itu perahu beliau tiba” di hantam oleh ombak yang sangat besar sehingga menabrak karang & perahu itu hancur, hampir saja raden Qosim kehilangan jiwa, tapi bila Allah belum menentukan ajal seseorang bagaimanapun hebatnya kecelakaan pasti dia akan selamat, demikian pula halnya raden Qosim, secara kebetulan se’ekor ikan besar yaitu ikan talang datang kepadanya, dengan menunggang punggung ikan tersebut raden Qosim dapat selamat hingga ke tepi pantai.

Raden Qosim sangat bersyukur kepada Allah karna dapat lolos dari musibah itu, & beliau juga berterima kasih kepada ikan talang yang dengan lantaranya dia selamat, untuk itu beliau telah berpesan kepada anak & keturunanya agar jangan sampai makan daging ikan talang, bila pesan ini di langgar akan mengakibatkan bencana, yaitu di timpa penyakit yang tidak ada obatnya lagi.
Ikan talang itu membawa raden Qosim hingga ke tepi pantai yang termasuk wilayah desa jelag ( yang sekarang termasuk wilayah desa banjarwati) kecamatan paciran. di tempat itu raden Qosim di sambut masyarakat setempat dengan antusias,lebih” setelah mereka tau bahwa raden Qosim adalah putra sunan Ampel seorang wali besar & masih terhitung kerabat kraton majapahit.
Di desa jelag itu raden Qosim mendirikan pesantren, karna caranya menyiarkan agama islam yang unik maka banyaklah orang” yang datang brguru kepadanya, setelah mentap 1 tahun di desa jelag, raden Qosimmendapat ilham supaya menuju ke arah selatan, kira” berjarak 1km, di sana beliau mendirikan surau langgar untuk berdak’wah. 3 tahun kemudian secara mantap beliau mendapat petunjuk agar membangun tempat berdak’wah yang strategis yaitu di tempat ketinggian yang di sebut dalem duwur, di bukit yang di sebut dalem duwur itulah yang sekarang di bangun musium sunan Draja, adapun makam sunan Drajat terletak di sebelah barat musium tersebut.

Raden Qosim adalah pendukung aliran putih yang di pimpin oleh sunan Giri, artinya, dalam berdak’wah menyebarkan agama islam, beliau menganut jalan yang lurus, jalan yang tidak berliku-liku. Agama harus di amalkan dengan lurus & sesuai dengan ajaran nabi Muhamad saw  tidak boleh di campur baur dengan adat & kepercayaan lama. meskipun demikian beliau juga mempergunakan kesenian rakyat sebagai alat dak’wah. di dalam musium yang terletak di sebelah timur makamnya terdapat seperangkat bekas gamelan jawa, hal itu menunjukan betapa tinggi penghargaan sunan Drajat kepada kesenian jawa.
Dalam catatan sejarah wali songo, raden Qosim di sebut sebagai seorang wali yang hidupnya paling bersahaja, walau dalam urusan dunia beliau juga rajin mencari rezeki.hal itu di sebabkan sikap beliau yang dermawan, di kalangan rakyat jelata beliau bersifat lemah lembut & sering menolong orang yang menderita.
Ajaran Sunan Drajat yang Terkenal.
Ajaran sunan Drajat bersumber dari
(1) AL-Qur’an
(2)  Sunnah
(3)  Ijma’
(4) Qiyas
(5)  Ajaran guru & pendidik seperti sunan Ampel atau orang tuanya
(6)  Ajaran & pemikiran atau paham yang telah tersebar luas di masyarakat
(7)  Tradisi di masyarakat setempat yang telah ada yang sesuai dengan
       Aaran islam
(8) Fatwa sunan Drajat sendiri.
Di antara ajaran beliau yang paling terkenal adalah : menehono teken marang wong wuto, menehono mangan marang wong kang lue, menehono busono marang wong kang wudo, menehono ngiup marang won kang kudanan (artinya kurang lebih demekian) berilah tongkat kepada orang yang buta, berilah makan kepada orang yang kelaparan, berilah pakaian kepada orang yang telanjang, berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan. adapun maksud & tujuanya adalah: berilah petunjuk kepadaorang yang bodoh (buta) sejahterahkanlah kehidupan rakyat yang miskin (kurang makan) ajarkanlah budi pekeri kepada orang yang tidaktau malu atau belum punya beradaban tinggi. & berilah perlindungan kepada orang” yang menderita atau di timpa bencana.
Ajaran ini sangat supel, siapapun dapat mengamalkanya sesuai dengan tingkat kemampuan masing”, bahkan pemeluk agama lain pun tidak berkeberatan untuk mengamalkanya. Ilang, jenenge kawula, sirna datang ana keri, pan ilang wujudira, tegese wujude widi, ilang wujude iki, anenggih perlambangira, lir lintang karahinan, kesorodan sang hyang rawi, (artinya) hilang jatidiri mahluk, lenyap tiada tersisa, karena hilang wujud keberadaanya, itulah juga wujud tuhan, itulah yang ada ini, adapun persamaanya seperti bintang di waktu siang yang tersinari oleh matahari.
Di samping terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa dermawan & sosial, beliau juga di kenal sebagai anggota wali songo yang turut serta mendukung dinasti demak & ikut pula mendirikan masjid demak.simbol kebesaran ummat islam pada waktu itu. di bidang kesenian, di samping terkenal sebagai ahli ukir, beliau juga yang pertama kali menciptakan gending pangkur, hingga sekarang gending tersebut masih di sukai rakyat jawa. sunan Drajat, demikian gelar raden Qosim, di berikan kepada beliau karna beliau bertempat tinggal di sebuah bukit yang tinggi, seakan melambangkan tingkat ilmunya yang tinggi, yaitu tingkat atau derajat para ulama muqarrabin, ulama yang dekat dengan Allah swt.
Filosofi Sunan Drajat
Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
1.     Memangun resep tyasing Sasoma (kita selalu membuat senang hati orang lain)
2.     Jroning suka kudu éling lan waspada (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
3.     Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
4.     Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
5.     Heneng - Hening - Henung (dalam keadaan diam kita akan mem­peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita - cita luhur).
6.     Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu)
7.     Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya­rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)
Penghargaan
Dalam sejarahnya Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang Wali pencipta tembang Mocopat yakni Pangkur. Sisa - sisa gamelan Singo meng­kok-nya Sunan Drajat kini tersimpan di Museum Daerah.
Untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda-­benda bersejarah peninggalannya Sunan Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada penyiaran agama Islam, Pemerintah Kabupaten Lamongan mendirikan Museum Daerah Sunan Drajatdisebelah timurMakam. Museum ini telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timurtanggal 1 Maret1992.
Upaya Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, S.H. untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan sejarah bangsa ini mendapat dukungan penuh Gubernur Jawa Timur dengan alokasi dana APBD I yaitu pada tahun 1992 dengan pemugaran Cungkup dan pembangu­nan Gapura Paduraksa senilai Rp.98 juta dan anggaran Rp.100 juta 202 ribu untuk pembangunan kembali Mesjid Sunan Drajatyang diresmikan oleh Menteri Penerangan RI tanggal 27 Juni1993. Pada tahun 1993 sampai 1994 pembenahan dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu berukir, renovasi paséban, balé ranté serta Cungkup Sitinggil dengan dana APBD I Jawa Timur sebesar RP. 131 juta yang diresmikan Gubernur Jawa Timur M. Basofi Sudirman tanggal 14 Januari1994.

Makam Sunan Drajat


 





















































































                          
                                                                                                                                                                                             
                                                                                                             Makam Sunan Drajat dimakamkan di daerah Paciran, Lamongan, Jawa Timur.Tak jauh dari makam beliau telah dibangun Museum yang menyimpan beberapa peninggalan di jaman Wali Sanga.Khususnya peninggalan  beliau di bidang kesenian.Makam Sunan Drajat ini berada pada bukit dengan dikelilingi pepohonan yang luas.Di area Makam Sunan Drajat dibangun Museum Sunan Drajat dan bisa diakses masyarakat umum secara gratis, agar mempermudah pengenalan sejarah budaya bagi dunia pendidikan.Pada umumnya pengunjung Makam Sunan Drajat ini adalah wisatawan nusantara.Selain itu juga sering didatangi wisatawan dari berbagai daerah di Asia tenggara.Dan pemerintah Kab. Lamongan telah memberikan berbagai fasititas antara lain : tempat parktr, masjid, rumah makan dan minuin, serta tempat beristirahat dan kamar mandi untuk mempermudahkan bagi para peziarah di Makam Sunan Drajat.





 












                                                                                   Edited by: Nisa Assifa Hakiki 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar