Blogger Widgets INTENTS TEMPE GORENG

Kamis, 27 Maret 2014



Believe
By : Grisa Anecy
Aku adalah seorang wanita yang sulit percaya, mengerti, atau sekedar mengaharapkan suatu rasa yang tak pasti. Sesuatu yang tak pasti itu tak penting untukku. Mana mungkin aku menginginkan sesuatu semacam itu merusak segalanya yang ku miliki. Hidupku sudah cukup indah sekarang. Segalanya, mungkin. Aku rasa ya!
Di sepanjang napas ini aku akan selalu berfikir untuk melakukan yang terbaik. Menjadi gadis sempurna. Apa yang salah dari sebuah kesempurnaan bukan? hal yang orang-orang cari! Kesempurnaan dari segala bidang serta upaya untuk mendapatkannya. Lagi-lagi aku sulit percaya. Aku tak percaya jika kesempurnaan itu ada. Aku juga tak berniat untuk mencari-cari atau berubah menjadi wanita rapuh yang tak pernah puas dengan hidup. Seperti yang ku lakukan, melakukan yang terbaik selama itu bisa ku lakukan. Karena itu semuanya yang ku lakukan adalah sesuatu yang pasti. Bagaimanapun Tuhan akan memberikan sesuatu yang indah pada orang yang mau melakukan yang terbaik untuk dirinya atau orang lain.
Gadis itu benama Maudy, gadis antusias berwajah lembut. Ia lebih suka dipanggil wanita berwajah lembut daripada berwajah cantik. Ada beribu-ribu arti lembut, ujarnya. Kata cantik juga tak kalah menarik namun kadang sebagian orang beranggapan jelek tentang itu, atau karena orang itu iri. Di balik konflik batin itu semua Maudy lebih memilih satu kata yang ia anggap yang terbaik untuk menjadi kepribadiannya.
Langit selalu biru, sinar mentari selalu hangat, angin pagi selalu menyejukan. Semua itu wajib Maudy rasakan untuk mengawali harinya walaupun kadang cuaca tak selamanya bersahabat. Tapi tetap saja gadis itu menganggap awalan hari selalu sempurna walaupun hanya ia sendiri yang merasakannya. Awal yang baik selalu mendatangkan hasil yang baik. Maudy selalu menginginkan semuanya bergulir sebaik mungkin, tersenyum sepanjang waktu sehingga ia bisa melewati hari terbaiknya lalu melanjutkan hari terbaiknya lagi pada keesokan hari. Sesuatu bergulir sama setiap harinya. Maudy adalah seorang gadis ceria namun selalu bungkam saat bicara tentang perasaan. Di umurnya yang ke-19, ia masih belum pernah merasakan sesuatu yang menggelikan atau mengahangatkan perasaannya. Hidupnya berjalan baik sekarang lalu untuk apa ia harus mencari sumber masalah untuk membuat harinya menjadi buruk. Banyak orang yang berpendapat jika ia pernah merasakan sakit hati maka dari itu Maudy tak pernah jatuh cinta sampai kini.
“Ada sesuatu yang lebih penting dari pada itu!” tawanya menggelikan ditambah sorot mata lembut yang selalu ia pancarkan.
Hingga satu saat semua berubah dengan cara yang begitu sederhana bahkan sangat sederhana untuk dipahaminya. Maudy sadar jika satu hal yang ia anggap spele itu memang akan berpengaruh besar dalam hidupnya. Ada sesuatu yang baru saja ia pahami kini. Alasan mengapa ia terlalu keras pada hatinya. itu karena tak ada seseorang yang mampu membuatnya percaya jika rasa sederhana itu memang benar lumrah di rasakan. bukan sesutu yang berlebihan, bodoh atau menjerumuskan.
Pria itu seorang yang biasa makannya mampu memberikan rasa sederhana itu pada Maudy. Namanya Tara. Pertemuan mereka terbilang biasa bahkan tak saling memandang. ia tak pernah mengira jika pria pertamanya adalah Tara. Tara itu tak sempurna, malah sangat kurang walau ia memiliki mata yang sangat mempesona. Perasaan yang tumbuh sepertinya tidak akan bisa dijelaskan siapa yang memulainya. Rasa itu terjadi saja seiring pandangan mereka bertemu. Terus bertemu hingga mereka mulai bersikap tak saling acuh.
“aku tau sulit untukmu menerima jika aku… tertarik padamu.” ungkap Tara terus terang, mereka berdua sedang berada di perpustakaan kampus. Entah bagaimana bisa sekarang mereka sedang duduk bersampingan walaupun terpisah skat pembatas.
“kok bisa kamu tertarik padaku?” tanya Maudy. ia menggenggam novel di tanggannya namun rasanya novel itu bukan pusat perhatiannya saat ini.
“entahlah semua itu datang begitu saja, lagipula aku juga tak ingin tau kenapa aku bisa tertarik padamu. Karena jujur. aku tak mau mencari sesuatu bagai lebih dari dirimu. Aku juga tak mengaharapkan kamu menunjukan kekuranganmu padaku.”
“maafkan aku aku tak bisa memberikanmu sesuatu.”
“ayolah, aku tak mengharapkan apa-apa. Apa kasih sayang seseorang harus dibayar sengan sesuatu. aku tak bisa membayangkan jika aku harus membayar cintanya orangtuaku padaku!”
Jujur Maudy tak mengerti semua ini, apa yang harus ia lakukan? jujur kali ini, untuk pertama kalinya. ia tak ragu dengan perasaannya hanya saja ia merasakan sesuatu yang melampaui akal sehatnya. Jika pria yang sedang berbicara kepadanya telah menanam benih ajaib. Maudy tak ingin bersikap seperti anak kecil namun ini pertama kali untuknya. Sangat sulit mengatakan hal yang terbaik kini. “apa yang akan kau tunjukan padaku. dengan apa kau akan membuatku percaya dengan perasaan yang sedang kamu rasakan padaku?”
Tara tersenyum. “aku sudah membuktikannya. Membuat kamu percaya tentang rasa yang tak pasti itu. Bukankah sekarang pun aku telah membuatmu percaya? Dari pertama kita berkenalan kamu telah mengetahui jawabannya. Sekaligus kamu telah merasakan rasa yang tulus aku berikan.”
Maudy harus mengakui sesuatu, pria itu benar semenjak mereka berdua berkenalan. Perasaan kosong di hatinya telah berubah. Dan sekarang Maudy tau mengapa perasaan itu kian berwarna, mengharapkan, memaksa dirinya agar mau membuka mata. Tara memang sudah membuatnya percaya akan sesuatu. rasa tak pasti, rasa sederhana yang meracuni hatinya dengan warna yang indah.
“jika kau ingin tau Maudy. Aku tidak akan meminta sesuatu darimu. Seperti yang ku katakan. lagipula aku sudah mengetahui perasaanmu kepadaku.”
“mana bisa?”
“bisa saja, mau bukti lagi?”
“boleh!”
“aku tau bibirmu sedang merekah-merekahnya sekarang. Kamu sedang tersenyum disana.”
Pembuktian yang sulit disangkalnya. Karena nyatanya memang ia sedang tersenyum bahagia karena pria itu. Tukang pos dari surga dikirim Tuhan untuknya. Suratnya berbunyi, “Maudy sekarang kamu boleh jatuh cinta”
*Pilihlah seseorang yang dapat menjawab pertanyaanmu sekaligus membuatmu percaya jika kau memang berhak memberikan perasaanmu. Karena nyatanya orang yang kamu pilih adalah orang yang tepat!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar