Blogger Widgets INTENTS TEMPE GORENG: Puisi

Rabu, 26 Maret 2014

Arti Sahabat



oleh : Mega Fatayat
Sampai saat ini
Belum kutemukan sahabat sejati
Sahabat yang temaniku
Saat suka dan duka menghampiriku

Apakah sahabat perlu dicari?
Atau dia akan datang sendiri?
Beribu kali logika kugunakan
Tapi tak pernah kutemukan

Tuhan kumohon
Beri aku jawaban
Seorang sahabat sejati
Yang kucari selama ini

Harus kutanya pada siapa?
Air yang mengalir kah?
Rumput yang bergoyang kah?
Tunjukkan padaku dunia!
Apa arti sahabat . .

DIRIMU BERLALU PERGI





            Saat ku datangi dirimu
            Kau hanya menyapaku
            Lalu kau diam membisu
            Aku tak tahu mengapa begitu

                                                Aku merasa ada yang lain darimu
                                                Apakah kau sudah bosan denganku
                                                Ataukah kau sudah memilihnya
           
Mengapa terjadi begini
Mungkinkah kau akhiri semua ini
Segala kenangan akan berlalu pergi
Semua musnah tiada tersisa lagi

                                    Dirimu berlalu pergi
Kau meninggalkanku sendiri
Tanpa ada yang menemani




\
Created by : Ramadhani Nur Alvia

INDONESIAKU




INDONESIAKU

Tumpah darah seakan satu jalan
Menelusuri langkah menuju kemenangan
Lunturnya keringat penuh perjuangan
Berteriak keras demi kemerdekaan

Tak akan ada kata menyerah
Walau kadang terasa pasrah
Para pahlawan yang memulai langkah
Mengukir tanah air yang indah

Merah putih Indonesiaku
Tak luput dari titik jiwaku
Negeri penuh bunga dan paku
Yang berdiri dari beberapa suku

Bersatu Indonesiaku
Nusa dan bangsamu
Pemimpin dan rakyatmu
Membangun Indonesia yang maju



Created by : ~ Ainun Nadhifatun Arifah ~

UNTUK SAHABAT




Ketika dunia terang, alangkah semakin indah jika ada sahabat disisi. Kala langit mendung, begitu tenangnya jika ada sahabat menemani. Saat semua terasa sepi, begitu senangnya jika ada sahabat disampingku. Sahabat. Sahabat. Dan sahabat. Ya, itulah kira-kira sedikit tentang diriku yang begitu merindukan kehadiran seorang sahabat. Aku memang seorang yang sangat fanatik pada persahabatan.

Namun, sekian lama pengembaraanku mencari sahabat, tak jua ia kutemukan. Sampai sekarang, saat ku telah hampir lulus dari sekolahku. Sekolah berasrama, kupikir itu akan memudahkanku mencari psahabat.

Tapi kenyataan dengan harapanku tak sejalan. Beragam orang disini belum juga bisa kujadikan sahabat. Tiga tahun berlalu, yang kudapat hanya kekecewaan dalam menjalin sebuah persahabatan. Memang tak ada yang abadi di dunia ini. Tapi paling tidak, kuharap dalam tiga tahun yang kuhabiskan di sekolahku ini, aku mendapatkan sahabat. Nyatanya, orang yang kuanggap sahabat, justru meninggalkanku kala ku membutuhkannya. “May, nelpon yuk. Wartel buka tuh,” ujar seorang teman yang hampir kuanggap sahabat, Riea pada ‘sahabat’ku yang lain saat kami di perpustakaan. “Yuk, yuk, yuk!” balas Maya, ‘sahabatku’. Tanpa mengajakku Kugaris bawahi, dia tak mengajakku.

Langsung pergi dengan tanpa ada basa-basi sedikitpun. Padahal hari-hari kami di asrama sering dihabiskan bersama. Huh, apalagi yang bisa kulakukan. Aku melangkah keluar dari perpustakaan dengan menahan tangis begitu dasyat. Aku begitu lelah menghadapi kesendirianku yang tak kunjung membaik. Aku selalu merasa tak punya teman. “Vy, gue numpang ya, ke kasur lo,” ujarku pada seorang yang lagi-lagi kuanggap sahabat. Silvy membiarkanku berbaring di kasurnya.

Aku menutup wajahku dengan bantal. Tangis yang selama ini kutahan akhirnya pecah juga. Tak lagi terbendung. Sesak di dadaku tak lagi tertahan. Mengapa mereka tak juga sadar aku butuh teman. Aku takut merasa sendiri. Sendiri dalam sepi begitu mengerikan. Apa kurangku sehingga orang yang kuanggap sahabat selalu pergi meninggalkanku. Aku tak bisa mengerti semua ini. Begitu banyak pengorbanan yang kulakukan untuk sahabat-sahabatku, tapi lagi-lagi mereka ‘menjauhiku’. “Faiy, lo kenapa sih ? kok nangis tiba-tiba,” tanya Silvy padaku begitu aku menyelesaikan tangisku. “Ngga papa, Vy,” aku mencoba tersenyum. Senyuman yang sungguh lirih jika kumaknai. “Faiy, tau nggak ? tadi gue ketemu loh sama dia,” ujar Silvy malu-malu. Dia pasti ingin bercerita tentang lelaki yang dia sukai. Aku tak begitu berharap banyak padanya untuk menjadi sahabatku.

Kurasa semua sama. Tak ada yang setia. Kadang aku merasa hanya dimanfaatkan oleh ‘sahabat-sahabatku’ itu. Kala dibutuhkan, aku didekati. Begitu masalah mereka selesai, aku dicampakkan kembali. “Faiy, kenapa ya, Lara malah jadi jauh sama gue. Padahal gue deket banget sama dia. Dia yamg dulu paling ngerti gue. Sahabat gue,” Silvy curhat padaku tentang Lara yang begitu dekat dengannya, dulu. Sekarang ia lebih sering cerita padaku. Entah mengapa mereka jadi menjauh begitu. “Yah, Vy. Jangan merasa sendirian gitu dong,” balasku tersenyum. Aku menerawang,” Kalau lo sadar, Vy, Allah kan selalu bersama kita. Kita ngga pernah sendirian. Dia selalu menemani kita. Kalau kita masih merasa sendiri juga, berarti jelas kita ngga ingat Dia,” kata-kata itu begitu saja mengalir dari bibirku. Sesaat aku tersadar. Kata-kata itu juga tepat untukku. Oh, Allah, maafkanku selama ini melupakanmu. Padahal Dia selalu bersamaku.

Tetapi aku masih sering merasa sendiri. Sedangkan Allah setia bersama kita sepanjang waktu. Bodohnya aku. Aku ngga pernah hidup sendiri. Ada Allah yang selalu menemaniku. Dan seharusnya aku sadar, dua malaikat bahkan selalu di sisiku. Tak pernah absen menjagaku. Kenapa selama ini aku tak menyadarinya? Dia akan selalu mendengarkan ‘curhatanku’. Dijamin aman. Malah mendapat solusi. Silvy tiba-tiba memelukku. “Sorry banget, Faiy. Seharusnya gue sadar. Selama ini tuh lo yang selalu nemenin gue, dengerin curhatan gue, ngga pernah bete sama gue. Dan lo bisa ngingetin gue ke Dia. Lo shabat gue. Kenapa gue baru sadar sekarang, saat kita sebentar lagi berpisah…” Silvy tak kuasa menahan tangisnya.

Aku merasakan kehampaan sejenak. Air mataku juga ikut meledak. Akhirnya, setelah aku sadar bahwa aku ngga pernah sendiri dan ingat lagi padaNya, tak perlu aku yang mengatakan ‘ingin menjadi sahabat’ pada seseorang. Bahkan malah orang lain yang membutuhkan kita sebagai sahabatnya. Aku melepaskan pelukan kami. “ Makasih ya, Vy. Ngga papa koki kita pisah. Emang kalau pisah, persahabatan bakal putus. Kalau putus, itu bukan persahabatan,” kataku tersenyum. Menyeka sisa-sisa air mataku. Kami tersenyum bersama. Persahabatan yang indah, semoga persahabatan kami diridoi Allah. Sahabat itu, terkadang tak perlu kita cari. Dia yang akan menghampiri kita dengan sendirinya. Kita hanya perlu berbuat baik pada siapapun. Dan yang terpenting, jangan sampai kita melupakan Allah. Jangan merasa sepi. La takhof, wala tahzan, innallaha ma’ana..Dia tak pernah meninggalkan kita. Maka jangan tinggalkannya

 
KARYA :ADELIA ELVANNY MURSYID



 

Senin, 24 Maret 2014

Sahabat



Oh Sahabatku…
Kau adalah sahabatku yang baik.
Kau sangat berharga untukku.
Bila kau membutuhkan, aku selalu ada untukmu
Kita akan selalu bersama dalam suka maupun duka
Berbagi bersama TAk terPISAHKAN
Oh Sahabat……
Sahabat..sehati……sejiwaaaa.
Tak pernah ku lupakan.
Nama mu akan aku kenang sampai besok akan kita tua.
Kenang lah semua cerita kita saat ini.
                                                                                                                                               

                                                                                                     By: rizki ayu wulandari

Sabtu, 22 Maret 2014

Sang Pejuang



  
 
           
Matahari telah tenggelam
Kau hidup di waktu kelam
Semangatmu tiada musnah

Jiwamu berkobar untuk bangsa
Harta,jiwa,dan nyawa kau pertaruhkan untuk     
negara

Sayang kau telah tiada               
Ku hanya bisa mengenangmu
Ku hanya bisa mendoakanmu
Disetiap malamku

Kau memang pahlawan hidupku
Kau juga penyemangatku
Memang perjuanganmu tak terbalaskan
                      dengan  apapun

 Aku berjanji akan mengikuti jejakmu menjadi lebih baik
Hingga aku menutup mata dan hatiku
Sampai bumi luluh lantah seisinya
     
                       By      : Aslahah Baladinah R

Jumat, 21 Maret 2014

TAKUT KEHILANGAN




                Di malam ini …..
                Ku sendiri yang terfikir olehmu lagi…
                Termangu ku disini….sendiri…
                Teringatmu lagi

                                Ya robbi…
                                Kuatkan hati ini…
                                Tuk jalani pada penjara suci..
                                Jauh dari pelita hati…

                Andaikan hatikan bertemu lagi…
                Ku kan katakana bahwa aku sangat menyayangi
                Dan ku katakana bahwanaku takut kehilanganmu
                Hingga kain putih panjang menyelimuti
                Raga yang fana ini..
                Umi..
                Anti hubbi…

                                                                                                                By: Ririn Alfiatu Rohimah